Hot Isu

Kabar Desa

Kabar Lainnya

Berkunjung ke salah satu rumah warga yg menjadi posko kami selama kkl



 

Mengajari anak anak desa pintu padang berpidato

 

Kebersihan di kantor kepala desa

 

Kebersihan tempat wudu, diasjid Al-Ikhlas pintu padang

 

Membuat poster tentang pencegahan covid. 19


 

Kebersihan pemakaman desa pintu padang

 

Sholat idul Adha bersama masyarakat desa pintu padang


 

Temu Rahmah dengan pak camat beserta jajarannya


 

Perpisahan sama NNB desa pintu padang

 

Membuat white board di masjid Al-Ikhlas desa pintu padang

 

Membuat poda na lima


 

Menempelkan poster tentang pencegahan covid -19

 

Mengajari anak" desa pintu padang mencuci tangan dengan baik dan benar

 

Mengajari anak" desa pintu padang mengaji serta berdakwah

 

Membagikan masker pada anak" desa pintu ladang

 

Moderasi Beragama

Assalamualaikum Wr. Wb

Materi kali ini berkaitan dengan moderasi Beragama 

Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin "moderatio", yang berarti ke_sedang_an. Maksud sedang disini ialah tidak kelebihan dan tidak kekurangan. Secara bahasa menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), istilah moderasi berakar dari kata sifat "moderat" yang berarti selalu menghindarkan perilaku atau mengungkapkan yang exstrem. Kata ini juga bisa dimaknai berkecendrungan kearah dimensi atau jalan tengah. 

Moderasi Beragama di Indonesia yang sangat terlihat adalah umat islam, sedangkan pengertian moderasi Beragama dalam konteks umat Islam kemudian disebut Islam wasathiyah. Kondisi moderasi Beragama di Indonesia saat ini sudah mapan dengan adanya Islam wasathiyah. Dalam memahami agama tidak banyak masyarakat Indonesia yang ekstrem kanan maupun yang ekstrem kiri.

Keunikan dari moderasi Islam indonesia adalah umat Islam sebagai mayoritas, tetapi para pemimpin dan ulamanya menerima empat pilar kebangsaan: Pancasila, bhineka tunggal ika, NKRI, dan undang_undang 1945. 

Ada dua poin penting dalam melihat moderasi islam. Pertama, senantiasa adil, yakni memosisikan diri ketengah tidak condong ke salah satu sisi. Dalam konteks beragama,s harus adil melihat berbagai sudut pandang yang berbeda asalkan masih dalam koridor modera. Jika mengarah ke sudut pandang ekstrem, maka itu tidak bisa ditoleransi.

Kedua, keseimbangan. Banyak kalangan yang mencoba menafsirkan ajaran agama supaya bisa menjadi pedoman kehidupan manusia. Akan tetapi, keterbatasan manusia menyebabkan upaya penafsiran tersebut tidak sempurna sehingga muncul sudut pandang berbeda dalam menafsirkan agama.







perbedaan bank syariah dengan bank konvensional